Nasional

Alasan Kota Madinah Tak Boleh Terlewatkan Saat Haji dan Umrah

NU Online  ·  Selasa, 17 Juni 2025 | 11:00 WIB

Alasan Kota Madinah Tak Boleh Terlewatkan Saat Haji dan Umrah

Masjid Nabawi di Kota Madinah. (Foto: Saudi Press Agency)

Jakarta, NU Online

Madinah menjadi destinasi yang tak dilewatkan sebelum atau setelah pelaksanaan haji atau umrah. Sebab, kota yang bernama asli Yatsrib ini salah satu kota suci umat Islam karena sejumlah keistimewaan yang dimilikinya.


Ahmad Muchlishon Rochmat dalam artikel Tiga Keistimewaan Madinah menyampaikan, peradaban Islam yang dibangun di atas perjuangan Rasulullah dimulai dari Kota Madinah. Di antara buktinya, yakni ditandai dengan lahirnya Piagam Madinah yang menghubungkan sejumlah pihak yang tengah berselisih.


"Jika Makkah identik dengan Nabi Ibrahim as karena telah membangun Ka’bah, maka Madinah identik dengan Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw adalah orang yang mengganti nama Yatsrib menjadi Madinah," katanya tertulis, dikutip NU Online pada Selasa (17/6/2025).


Selain itu, kata Muchlison, meski Nabi Muhammad dan para sahabat meraih kemenangan atas penaklukan Kota Makkah, tetapi beliau enggan beranjak dari kota yang berjarak sekitar 470Km dari tanah kelahirannya itu hingga hembusan nafas terakhirnya.


Bukan tanpa sebab, menurut Muhammad Quraish Shihab dalam Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Quran dan Hadits-hadits Shahih, keengganan Nabi Muhammad itu karena adanya hubungan darah dengan penduduk Madinah. Saat ziarah ke makam Abdullah, sang ayah di kota tersebut, Nabi Muhammad juga diajak bertandang ke sanak kerabatnya. 


Penulis buku Belajar Kepada Kiai Sahal itu mengatakan, alasan lainnya yakni Madinah, terkhusus Masjid Nabawi menjadi tempat sentral berlangsungnya proses pendidikan keislaman. Mulai dari perkara personal hingga politik-sosial digiatkan oleh Nabi Muhammad bersama para pengikutnya.


"Aktivitas belajar mengajar di Masjid Nabawi terus berkembang hingga ke generasi berikutnya. Tercatat, empat imam madzhab, Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali juga pernah belajar di Masjid Nabawi. Tradisi keilmuan itu terus berkembang bahkan hingga hari ini," jelasnya.


Di sisi lain, Madinah memiliki keunggulan dari aspek sumber daya manusia. Penduduk Madinah memiliki kepiawaian dalam hal strategi perang. Kepiawaian ini dibentuk oleh pengalaman perang selama bertahun-tahun. Dalam konteks saat itu, modal ini dibutuhkan untuk menunjang perjuangan Nabi Muhammad.


"Tercatat ada sekitar 10 kali peperangan yang dilalui suku-suku di Madinah. Perang Samir menjadi awal, sementara Perang Bu’ats menjadi perang terakhir," tulis Muchliison dalam artikelnya berjudul Empat Alasan Mengapa Madinah Dipilih sebagai Tempat Hijrah Rasulullah.


Sumber daya alam berupa air dan tanah yang subur Muchlison sebut sebagai alasan berikutnya. Pasalnya, lokasi Madinah diliputi gunung berapi sekaligus memiliki sumber air melimpah. Sumber daya alam ini dimanfaatkan masyarakat setempat untuk mengolah lahan pertanian mereka, termasyhur adalah kurma.


Wilayah geografis berikut kekayaannya ini pada selanjutnya dimanfaatkan Nabi Muhammad untuk berperang secara fisik melawan keangkuhan dan kezaliman.


"Hanya dari sisi utara Madinah yang menjadi wilayah terbuka. Maka tidak heran ketika terjadi Perang Khandaq, Salman al-Farisi mengusulkan kepada Rasulullah agar umat Islam membuat parit di sepanjang wilayah utara Madinah. Tujuannya adalah untuk menghalangi musuh masuk ke kota Madinah," terangnya.