Jateng

Haul Ke-3 KH Dimyati Rois Diselimuti Duka Cita Wafatnya Gus Alam

NU Online  ·  Jumat, 9 Mei 2025 | 15:00 WIB

Haul Ke-3 KH Dimyati Rois Diselimuti Duka Cita Wafatnya Gus Alam

Haul ke-3 KH Dimyati Rois dan tahlil Gus Alam di pesantren Al Fadllu 2 Srogo Brangsong. Kamis (8/5/2025)

Kendal, NU Online

Peringatan Haul ke-3 KH Dimyati Rois di Pondok Pesantren Al Fadllu 2, Srogo, Brangsong, Kendal, Jumat (8/5/2025), berlangsung khidmat dan penuh rasa haru. Rangkaian acara haul yang dihadiri para kiai, santri, tokoh masyarakat, serta perwakilan pemerintah itu sekaligus menjadi tahlil hari ketiga wafatnya KH Alamuddin Dimyati Rois atau yang akrab disapa Gus Alam, putra KH Dimyati Rois.

 

Haul kali ini tidak hanya menjadi ajang mengenang jasa dan perjuangan KH Dimyati Rois dalam mengembangkan pesantren dan membina umat, tetapi juga menjadi ruang untuk meneladani serta melanjutkan cita-cita luhur Gus Alam, yang wafat dalam usia relatif muda namun telah meninggalkan jejak perjuangan yang kuat.

 

Dalam sambutannya, Hasan Chabibie, Staf Ahli di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menyampaikan kesan mendalamnya terhadap Gus Alam. Ia menyebut Gus Alam sebagai sosok yang tak henti memikirkan kemajuan pendidikan, terutama untuk kalangan pesantren dan anak-anak Nahdlatul Ulama (NU).

 

“Ketika kami berdiskusi, Gus Alam menyampaikan satu cita-cita yang belum sempat beliau wujudkan, yaitu mendirikan Universitas Al Fadllu. Beliau ingin sekali melanjutkan jenjang pendidikan dari SMP dan SMA yang sudah ada di lingkungan pesantren, agar para santri bisa terus menimba ilmu hingga tingkat perguruan tinggi di tempat mereka sendiri,” ujar Hasan.

 

Menurut Hasan, keinginan Gus Alam tersebut merupakan bagian dari amanah besar sang ayah, KH Dimyati Rois. “Beliau pernah berkata kepada saya, ‘Ini wasiat dari Abah. Setelah pesantren berdiri, setelah sekolah menengah berdiri, kelak harus ada universitas.’ Gus Alam sungguh memegang teguh amanah itu,” kenangnya.

 

Hasan mengaku takjub melihat bagaimana Gus Alam yang disibukkan dengan berbagai kegiatan keagamaan, sosial, dan bahkan politik, masih menyempatkan waktu untuk memikirkan hal-hal strategis seperti pembangunan lembaga pendidikan tinggi.

 

“Bayangkan, di tengah kesibukan beliau yang luar biasa, yang terus beliau pikirkan adalah pendidikan anak-anak NU. Beliau khawatir kalau santri tidak dipersiapkan masa depannya secara serius. Itu bukti cinta beliau terhadap umat dan dunia pendidikan,” tambah Hasan.

 

Lebih jauh, Hasan juga mengajak generasi muda untuk meneladani semangat dan dedikasi Gus Alam. “Beliau berpesan kepada saya dan kepada kita semua: mumpung masih muda, bangunlah pesantren, bangunlah lembaga pendidikan. Itu investasi untuk masa depan umat dan bangsa,” ujarnya.

 

Sementara itu, anggota DPR RI, Fathan Subchi, juga turut memberikan testimoni mengenang almarhum Gus Alam. Ia mengaku telah bersahabat dengan Gus Alam sejak tahun 2009. Dalam dunia politik yang sering kali keras dan penuh perbedaan, Fathan merasa memiliki kedekatan istimewa dengan Gus Alam.

 

“Dalam dunia politik, berbeda pendapat itu biasa. Tapi Gus Alam ini lain. Beliau adalah konco plek saya. Tidak ada jarak di antara kami. Persahabatan kami sangat erat,” ujar Fathan dengan suara bergetar.

 

Ia juga mengamini harapan Hasan agar cita-cita Gus Alam dalam mendirikan Universitas Al Fadllu bisa segera terwujud. “Mohon doa dari semua yang hadir, dari para kiai, santri, dan masyarakat. Semoga harapan besar Gus Alam bisa diwujudkan bersama-sama. Ini bukan hanya cita-cita beliau, tapi amanah perjuangan,” tambahnya.

 

Dari kalangan keluarga, KH Abdul Azis yang merupakan adik ipar Gus Alam (suami dari Ning Lailatul Arofah), juga turut memberikan kesaksian pribadi. Ia menyampaikan betapa besar kasih sayang dan perhatian Gus Alam kepada keluarga, santri, dan masyarakat luas.

 

“Gus Alam itu sosok yang luar biasa. Baik kepada keluarga, lembut kepada santri, dan penuh perhatian kepada masyarakat. Beliau tak pernah membeda-bedakan siapa pun. Semua dirangkul, semua diberi ruang untuk berkembang,” ungkapnya.

 

KH Abdul Azis juga menegaskan bahwa semangat perjuangan Gus Alam harus terus dilanjutkan, terutama dalam bidang pendidikan dan pengabdian kepada umat. “Kami yang ditinggalkan akan terus berusaha meneruskan jejak perjuangan beliau. Apa yang belum selesai, akan kami usahakan untuk dilanjutkan bersama,” tegasnya.