Jateng

Bukan Status Sosial, Rais Syuriyah PBNU: Ukuran Mulia pada Kebermanfaatan bagi Orang Lain

NU Online  ·  Kamis, 12 Juni 2025 | 08:00 WIB

Bukan Status Sosial, Rais Syuriyah PBNU: Ukuran Mulia pada Kebermanfaatan bagi Orang Lain

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Haris Shodaqoh saat berceramah dalam acara Haflatul Ikhtitam & Do’a Pelepasan Santri Yayasan Kyai Ageng Giri yang diselenggarakan di Pesantren Girikesumo, Mranggen pada 1 Juni 2025. (Foto: tangkapan layar kanal Youtube NU Online)

Semarang, NU Online Jateng

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Haris Shodaqoh menyampaikan pentingnya menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama. Sebab, ukuran kemuliaan seseorang bukan terletak pada status sosial atau kekayaan, melainkan pada sejauh mana ia mampu memberi manfaat kepada orang lain.

 

"Keberadaan kita di dunia ini diharapkan mampu menjadi pribadi yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain," tutur Kiai Haris, sapaan akrabnya, dikutip dari kanal YouTube NU Online pada Rabu (11/6/2025).

 

Menukil sabda Rasulullah saw, ada dua hal, tidak ada yang paling afdhal selain keduanya, yaitu beriman kepada Allah dan memberi keselamatan atau manfaat kepada orang lain.

 

Menurut Kiai Haris, dua hal tersebut —iman dan manfaat bagi sesama— adalah fondasi utama dalam menjalani kehidupan. Seorang mukmin sejati akan menjadikan aktivitas dan profesinya sebagai bentuk ibadah yang dilandasi oleh iman dan berorientasi pada kemaslahatan umat.

 

"Apakah kalian pedagang, pegawai, santri, pengurus, atau kepala rumah tangga, semuanya akan mulia jika keberadaan kalian memberikan ketenteraman, kesejukan, dan rasa aman kepada orang-orang di sekitar kalian," ucapnya dalam acara Haflatul Ikhtitam & Do’a Pelepasan Santri Yayasan Kyai Ageng Giri yang diselenggarakan di Pesantren Girikesumo, Mranggen, Demak, Jawa Tengah pada Ahad (1/6/2025) lalu itu.

 

Pengasuh pesantren Al-Itqon Bugen Semarang ini menekankan agar para santri maupun siapa pun tidak menjadi pribadi yang merugikan atau menyusahkan orang lain. Ia mencontohkan bahwa di lingkungan pesantren pun, harus dijaga agar kehadiran seseorang tidak menjadi sumber keresahan.

 

"Jangan sampai kita hidup di tengah masyarakat atau di pesantren tapi justru membuat orang lain tidak nyaman. Itu bukan akhlak seorang mukmin. Apalagi seorang santri, harus jadi teladan," kata kiai kelahiran 1 Januari 1953.

 

Ia berharap, generasi muda, khususnya para santri, dapat berlatih sejak dini untuk menjadi pribadi yang membawa manfaat dalam lingkungan kecil seperti di kamar, di kepengurusan organisasi, hingga kelak dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat luas.

 

Dalam pesannya, Kiai Haris juga menekankan bahwa menjadi pribadi yang baik tidak bisa dilakukan secara instan. Semua butuh proses dan pembiasaan.

 

"Menjadi baik itu butuh latihan. Awal-awalnya pasti sering keliru. Tapi jangan putus asa. Justru karena kita sedang belajar, maka wajar kalau masih banyak salah. Tugas kita adalah terus memperbaiki diri," ujarnya.

 

Selengkapnya klik di sini.