Jamaah Haji Perempuan Capai 55 Persen, Peran Ulama Perempuan Jadi Kunci Layanan
NU Online · Sabtu, 31 Mei 2025 | 20:07 WIB

Ilustrasi: jamaah haji Indonesia berfoto bersama di pelataran Masjidil Haram, Makkah usai melaksanakan umrah wajib, 18 Mei 2025. (Foto: NU Online/Patoni/MCH 2025)
Patoni
Penulis
Makkah, NU Online
Jumlah jamaah haji perempuan melampaui setengah dari kuota jamaah haji reguler. Jumlahnya mencapai 111.826 orang atau 55 persen dari 203.320 orang.
Dominasi jamaah perempuan menjadi perhatian utama, terutama dalam memastikan kebutuhan dan hak-hak ibadah mereka terpenuhi dengan baik.
Saat ditemui di Masjidil Haram, Sabtu (31/5) dini hari, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar, yang juga menjabat sebagai Amirulhaj (pemimpin misi haji Indonesia), menegaskan pentingnya peran perempuan dalam struktur layanan haji.
“Kami merekrut ulama-ulama yang bisa mengurangi dan menerangkan persoalan fiqih haji, termasuk juga ulama perempuan,” ujar Menag.
Nasaruddin menekankan, ada banyak isu spesifik yang hanya bisa dipahami secara mendalam oleh sesama perempuan, terutama yang berpengalaman langsung dalam persoalan fiqih perempuan. Mulai dari tata cara bersuci, hukum haid, hingga pelaksanaan ibadah bagi perempuan lansia atau yang memiliki keterbatasan kesehatan.
“Kehadiran ulama perempuan bukan hanya pelengkap, tetapi kunci penting untuk memastikan jamaah perempuan mendapat bimbingan yang tepat, nyaman, dan sesuai tuntunan,” tambahnya.
Untuk itu Kemenag membentuk Mustasyar Diny, yakni penasihat ibadah yang memiliki kompetensi keagamaan tinggi. Tidak hanya terdiri dari ulama laki-laki, tim ini dengan sengaja melibatkan ulama-ulama perempuan yang memiliki peran penting dalam mendampingi jamaah.
“Kami rekrut pimpinan pondok pesantren dan ulama perempuan yang ahli membaca kitab dan paham mendalam soal hukum fiqih perempuan,” tegas Menag.
Tim ini disebar mendampingi rombongan Amirulhaj dan para kepala kloter. Mereka bukan hanya hadir untuk menjawab pertanyaan jamaah secara langsung, tetapi juga mencatat, mengarsipkan, dan memberi suara bagi isu-isu penting yang muncul di lapangan, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman ibadah perempuan.
Dalam rombongan Amirulhaj, juga ada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi. Dia adalah Ketua Pimpinan Pusat Muslimat NU periode 2025-2030.
Arifah menegaskan bahwa keberadaannya untuk memastikan layanan untuk jamaah haji perempuan terpenuhi dengan baik.
"Kami perlu melihat dengan jelas di lapangan apa yang menjadi kendala bagi jamaah haji perempuan," ujar Arifah.
Terpopuler
1
Keistimewaan Bulan Dzulhijjah dan Hari Spesial di Dalamnya
2
Amalan Penting di Permulaan Bulan Dzulhijjah, Mulai Perbanyak Dzikir hingga Puasa
3
Kelola NU Laksana Pemerintahan, PBNU Luncurkan Aplikasi Digdaya Kepengurusan
4
Tak Bisa Mengelak Lagi, Negara Wajib Biayai Pendidikan Dasar Termasuk di Swasta
5
Mengenal Aplikasi Digdaya Kepengurusan yang Diluncurkan PBNU
6
Prof Masud Said Ungkap Peran KH Tolchah Hasan dalam Pendidikan hingga Kebangsaan
Terkini
Lihat Semua