Internasional

Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah

NU Online  ·  Senin, 16 Juni 2025 | 19:00 WIB

Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah

Bangunan runtuh akibat serangan rudal balistik Iran ke Israel. (Foto: dok. IRNA)

Jakarta, NU Online

Serangan udara antara Israel dan Iran masih terus berlangsung hingga Senin (16/6/2025). Agresi meletus pertama kali karena Israel mulai menyerang Iran pada Jumat 13 Juni 2025 lalu.


Pagi ini, angkatan udara Israel menyerang lokasi rudal di wilayah Iran bagian tengah dan barat. Di Kota Kermanshah, Iran Barat, serangan Israel menghantam Rumah Sakit dan Pusat Medis Farabi serta bangunan-bangunan lain di sekitarnya.


Sebelumnya, pada Ahad malam (15/6/2025) Iran kembali meluncurkan serangkaian rudal dan pesawat tanpa awak ke wilayah Israel.


Kendati Israel memiliki sensor pertahanan udara yang sangat ketat, rekaman video amatir mulai bermunculan yang menunjukkan rudal Iran mengenai sasaran yang dituju.


Mengutip IRNA, media Israel menyatakan bahwa fasilitas Sistem Pertahanan Canggih Rafael dan Bandara Ben Gurion telah diserang. Tak lama kemudian, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dalam siaran pers mengonfirmasi gelombang baru serangan hukuman tersebut.


Iran juga terus melancarkan serangan rudal balistik ke Israel sebagai bagian dari operasi balasan yang dijuluki True Promise 3. Serangan rudal Iran ke Tel Aviv, Haifa, dan Ashkelon pada Ahad (15/6/2025) diluncurkan tak lama setelah Israel menyerang sejumlah lokasi di Teheran pada hari ketiga agresi kemarin.


Namun, pada hari yang sama, serangan Israel terhadap Iran juga menewaskan Kepala Organisasi Intelijen IRGC Mohammad Kazemi bersama dua rekannya Hasaan Mohaqeq dan Mohsen Baqeri. Hal ini menambah daftar panjang petinggi Iran yang terbunuh akibat serangan Israel.


Akademisi Indonesia di Teheran Purkon Hidayat menuturkan, serangan tersebut dilancarkan Israel di saat Iran dan Amerika Serikat akan menggelar perundingan nuklir putaran keenam di Oman.


Ia berpendapat bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald J Trump, memiliki andil di balik serangan ini karena bertujuan memanfaatkan situasi konflik untuk menguntungkan pihak AS dalam perundingan


"Sesuai hukum internasional, menjelang perundingan tidak boleh ada konflik. Tapi Trump tidak berkomitmen dengan aturan internasional tersebut," ujar Purkon kepada NU Online pada Senin (16/6/2025).


"Justru Trump ingin memanfaatkan serangan Israel ke Iran hari Jumat untuk menekan Iran supaya berunding satu pihak," imbuhnya.


Serangan Israel ke Iran, terutama ke Ibu Kota Teheran dilancarkan ketika Iran sedang dalam situasi libur akhir pekan dan hari raya Ghadir, yakni hari Kamis, Jumat, dan Sabtu.


Menurut Purkon, situasi ini menunjukkan rakyat dan pemerintah Iran mengira seharusnya tidak akan ada serangan militer.


Purkon mengatakan bahwa di tengah konflik yang melanda, aktivitas di Iran relatif berjalan normal. Bank, layanan pemerintah, pasar, dan pertokoaan buka seperti biasa, meskipun sebagian menutup tokonya lebih cepat dari biasa pada malam hari. Ujian sekolah dan Universitas ditunda hingga pekan depan sampai situasi lebih kondusif.


Jumlah korban konflik Iran-Israel

Kementerian Kesehatan Iran menyatakan bahwa pada Senin pagi, sedikitnya 224 orang telah tewas, 90 persen di antaranya warga sipil, dan 1.481 orang terluka sejak Israel menyerang Iran. Dalam tiga serangan, Israel menewaskan 70 wanita dan anak-anak, sedangkan 10 anak lainnya belum ditemukan dari bawah reruntuhan di Teheran, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baqaei.


"Israel berusaha menyebarkan anggapan bahwa serangannya tepat sasaran dan tidak menargetkan wilayah permukiman, yang tidak benar," kata Esmaeil sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.


Ia mengecam wacana serangan bedah sebagai propaganda Israel yang mengklaim serangannya berfokus pada penghancuran rudal balistik dan nuklir Iran. Faktanya, korban dari serangan-serangan tersebut sebagian besar berasal dari kalangan sipil.


Sementara itu, sejak dimulainya konflik, sedikitnya 13 orang tewas dan 380 orang terluka di Israel. Kabinet keamanan Israel mengatakan keadaan darurat akan diperpanjang hingga akhir Juni.