Opini

Tidak Ada Liputan Seberharga Melayani Jamaah Haji

Kamis, 8 Mei 2025 | 20:00 WIB

Tidak Ada Liputan Seberharga Melayani Jamaah Haji

Wartawan NU Online Patoni di Tanah Suci Makkah melaksanakan ibadah haji dan menjadi petugas haji 2025 (Foto: dokumentasi pribadi)

Menjadi petugas haji adalah impian sebagian umat Islam Indonesia. Selain dapat melayani jutaan tamu Allah SWT di Arab Saudi, negara juga memfasilitasi mereka untuk menunaikan Rukun Islam kelima. Tentunya, menjadi petugas haji tidak semudah yang dibayangkan karena harus bersaing dengan belasan ribu orang.


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama mencatat bahwa jumlah pendaftar petugas haji tahun 2025 mencapai 15.000-an orang. Sedangkan yang diterima hanya 2.210 orang sebelum ada kuota tambahan petugas yang belakangan disetujui Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.


Sebagai media keislaman yang memproduksi banyak isu publik nasional di bawah naungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), NU Online selalu menugaskan satu orang wartawan untuk mendaftar petugas haji di bidang layanan Media Center Haji (MCH). Seleksi di bidang ini tidak kalah kompetitif dibanding bidang lain seperti layanan akomodasi, konsumsi, transportasi, maupun kesehatan. Petugas MCH harus bersaing dengan wartawan-wartawan dari berbagai media nasional, baik cetak, online, televisi, dan radio.


Pada musim haji 2025 ini, saya yang ditugaskan oleh Pemimpin Redaksi NU Onine Ivan Aulia Ahsan untuk mendaftar seleksi petugas haji. Karena saya belum memiliki paspor, Mas Ivan, demikian kami memanggilnya, mendorong saya untuk segera membuat paspor terlebih dahulu.


“Patoni, siapkan ubo rampe (berbagai perlengkapan) dari sekarang. Yang harus diprioritaskan: paspor,” kata Mas Ivan pada 8 November 2025 kepada saya. Saat itu, Kementerian Agama membuka pendaftaran seleksi pada 29 November-6 Desember 2024.


Harus ada paspor bagi pendaftar petugas haji memang betul, karena pada akun pendaftaran calon petugas ada isian nomor paspor dan masa berlakunya. Tentu saja persyaratan ini menjadi perhatian tersendiri bagi Kemenag untuk menilai seberapa serius pendaftar ingin menjadi petugas haji.


Saat itu juga, pada 8 November 2024, saya langsung mendaftar pembuatan paspor secara online melalui aplikasi M-Paspor. Setelah mengisi biodata, melengkapi sejumlah dokumen persyaratan, dan membayar biaya pembuatan, saya dijadwalkan datang ke kantor imigrasi pada 26 November 2024. Saking banyaknya pendaftar paspor, harus menunggu 18 hari untuk dipanggil ke kantor imigrasi. Saat itu, Mas Ivan memang mendorong agar sebelum Desember 2024, paspor sudah jadi atau minimal sudah proses mendaftar.


“Kalau bisa cari kantor imigrasi di Jabodetabek yang tersedia opsi e-pasport dan paling cepat tanggal pembuatannya. Kalau waktunya mepet, ya paspor biasa juga gapapa. Yang penting jangan sampai lewat bulan November,” pesan Mas Ivan waktu itu. Saya mendaftar pembuatan paspor di kantor Imigrasi Jakarta Pusat I.


Alhasil, paspor saya berhasil diterbitkan pada 28 November 2024, meskipun baru bisa diambil secara fisik pada 3 Desember 2024. Dorongan dari Mas Ivan untuk membuat paspor sejak dini saya anggap sebagai doa dan motivasi lolos seleksi. Meskipun saya sendiri sempat bergumam dalam hati, “lolos seleksi aja belum suruh bikin paspor.” Namun, saya bersyukur sekali didorong sejak awal oleh Mas Ivan untuk membuat paspor.


Puji syukur kepada Allah, saya lolos dari tahap pemberkasan yang cukup melelahkan itu. Kemudian dilanjutkan tahap tes tertulis berbasis komputer atau Computer Assisted Test (CAT) dan wawancara pada 17 Desember 2024 yang tak kalah rumit dan bikin deg-degan sehingga membuat kandung kemih saya cepat penuh. Peserta yang lolos pemberkasan hanya sekitar 1.900-an orang dari 15.000 orang pendaftar. Di sinilah pengumuman hasil tes CAT dan wawancara harus menunggu waktu yang tidak singkat hingga membuat saya harus berulangkali membuka aplikasi untuk mengakses pengumuman ujian.


Awalnya, pengumuman hasil tes CAT dan wawancara direncanakan Kemenag pada 24 Desember 2024, tetapi kemudian diundur beberapa kali. Bimbingan Teknis (Bimtek) PPIH Arab Saudi yang biasanya dilaksanakan pada Ramadhan pun otomatis harus ikut mundur. Info sementara yang saya dapat, pengumuman tes CAT dan wawancara akan disampaikan setelah Lebaran Idul Fitri 2025. Hari dan tanggalnya saya belum tahu. Saya dan semua peserta bertanya-tanya sembari merasa cemas dengan hasilnya.


Sampai akhirnya, pengumuman itu datang pada Sabtu, 12 April 2025 pukul 18.23 WIB. Pesan dari akun WhatsApp resmi Kemenag berdenting di smartphone saya. Pengumuman tersebut menjelaskan bahwa saya lulus seleksi PPIH Arab Saudi Tingkat Pusat Tahun 1446 H/2025 M. Pengumuman tersebut sembari memberikan informasi bahwa peserta yang lulus harus mempersiapkan diri untuk mengikuti Bimbingan Teknis pada 14-20 April 2025 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.


Pengumuman lulus tersebut tidak lantas membuat saya bereuforia karena banyak dokumen yang harus dilengkapi sebagai persyaratan mengikuti Bimtek. Total ada 13 dokumen persyaratan yang harus dilengkapi dalam waktu sehari. Di antaranya hasil medical check-up, surat keterangan bebas narkoba, pengajuan visa ke Arab Saudi, dan lainnya.


Menjalani Bimtek dari pagi buta hingga larut malam
Bimbingan teknis pun dilaksanakan. Peserta dari semua layanan, yaitu MCH, akomodasi, transportasi, konsumsi, bimbingan ibadah, perlindungan jamaah, penanganan krisis dan pertolongan pertama pada jamaah haji (PKPPJPH), serta layanan disabilitas dan lansia langsung mendapat arahan dari Direktur Bina Haji Kementerian Agama Ahmad Mustain pada 14 April 2025 malam terkait peran utama para petugas haji yang tidak lain ialah membantu dan melayani jamaah haji dengan sepenuh hati.


Ahmad Mustain menegaskan bahwa ibadah para petugas haji di Tanah Suci adalah melayani jamaah haji. Sebab itu, dia tidak menghendaki para petugas sibuk melakukan ritual ibadah demi menggapai keutamaan-keutamaan di Tanah Suci lalu mengabaikan kepentingan jamaah haji yang sudah pasti banyak membutuhkan bantuan dan bimbingan dari para petugas haji.


Di dalam kegiatan Bimtek, Kementerian Agama menggandeng sejumlah fasilitator dan pemateri. Fasilitator didatangkan dari TNI dan Polri, sedangkan pemateri didatangkan dari berbagai latar belakang untuk menunjang kompetensi dan kesiapan para calon petugas haji. Ya, meski telah sampai pada tahap Bimtek, kami masih disebut calon petugas haji karena Bimtek merupakan tahap akhir untuk menentukan peserta yang benar-benar layak dan siap. Karena itu, kami digembleng mulai pukul 04.00 pagi hingga menjelang tengah malam, termasuk gladi posko untuk memastikan kesiapan petugas pada puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).


Lalu, bagaimana dengan fungsi layanan para petugas haji yang tergabung dalam MCH? Kementerian Agama menekankan bahwa kondisi di lapangan sangat dinamis. Karena itu, para petugas haji perlu memantapkan diri untuk siap sedia membantu layanan lain jika dibutuhkan. Misal, layanan akomodasi membantu layanan transportasi, kru MCH membantu layanan lain sehingga kebutuhan jamaah haji bisa terselesaikan dengan baik.


Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kementerian Agama, Ahmad Fauzin, menjelaskan kepada para kru MCH bahwa selama bertugas di Tanah Suci, para wartawan yang tergabung dalam MCH harus menanggalkan identitas instansi asal dan fokus sepenuhnya melayani jamaah, baik secara langsung maupun dengan cara memberikan informasi akurat dan terkini yang dibutuhkan jamaah haji.


Dengan demikian, menurut Fauzin, tugas seluruh kru MCH bukan hanya menyampaikan informasi, tapi juga memastikan keselamatan jiwa jamaah haji dalam rangka hifdzun nafs (mendahulukan keselamatan jiwa).


“Jika dalam kondisi darurat ada jamaah haji yang membutuhkan pertolongan, sementara petugas MCH sedang melakukan liputan dan menulis berita, maka yang utama adalah menyelamatkan jiwa,” ucap Ahmad Fauzin dalam kelas pembekalan kru MCH pada Selasa (15/4/2025) malam di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. 


Tidak ada liputan seberharga melayani jamaah haji. Kira-kira prinsip itulah yang kami pegang bersama-sama setelah sampai di Arab Saudi sebagai petugas haji. Karena kami bertanggung jawab membuat jamaah haji merasa aman dan nyaman sehingga dapat meraih kemabruran. Amin.


Patoni, Redaktur Pelaksana NU Online dan petugas Media Center Haji 2025