Pelantikan PWNU Papua Selatan, Gus Yahya: NU Dibangun di Atas Fondasi Ketuhanan dan Persaudaraan
Senin, 5 Mei 2025 | 17:00 WIB

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat menyampaikan sambutan pada pelantikan PWNU Papua Selatan di di Semangga, Merauke, Papua Selatan, Senin (5/5/2025). (Foto: TVNU/Junaidi Ghufron)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyoroti peran NU sebagai pilar penjaga keutuhan bangsa dan negara karena didirikan dengan fondasi ketuhanan dan persaudaraan.
Hal itu ia sampaikan dalam acara Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Papua Selatan di Semangga, Merauke, Papua Selatan, Senin (5/5/2025).
"NU didirikan untuk memperjuangkan peradaban mulia, dibangun atas dua fondasi, yaitu ketuhanan dan persaudaraan," tegas Gus Yahya.
Gus Yahya mengutip khutbah Rasulullah saw di Mina sebagai landasan filosofis NU sejak awal berdirinya Nahdlatul Ulama.
"Apa yang beliau sampaikan? 'Ayuhannas!' Beliau berbicara bukan hanya kepada orang-orang mukmin, kepada pemeluk-pemeluk Muslim, tapi kepada seluruh umat manusia, 'Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu," ucapnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini juga mengungkapkan bahwa kesatuan yang disebutkan Rasulullah saw bukan lagi pada dimensi kepercayaan individu, melainkan fakta yang tak terbantahkan.
"Kesatuan ini bukan soal percaya atau tidak percaya. Kesatuan itu adalah fakta percaya atau tidak percaya, faktanya Tuhan itu cuma ada satu, tidak ada lainnya. Maka seluruh umat manusia senantiasa butuh diingatkan bahwa kita semua hidup di bawah kekuasaan Tuhan yang satu," ungkapnya.
Gus Yahya juga mengingatkan bahwa semua manusia bersaudara tanpa membeda-bedakan suku, ras atau warna kulit. "Rasulullah mengingatkan bahwa semua manusia bersaudara, tanpa memandang suku, ras, atau warna kulit. Ini adalah fakta, bukan sekadar ajaran," jelasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya trilogi ukhuwah (persaudaraan) NU, yaitu ukhuwah islamiyah, wathaniyah, dan basyariyah. "Tanpa persaudaraan sesama manusia, mustahil umat Islam bisa bersatu. Lihatlah konflik di Suriah atau Sudan, yang penduduknya Muslim tapi saling bermusuhan," jelasnya.
Gus Yahya juga menekankan bahwa menjadi pengurus NU bukan sekadar jabatan organisasi, melainkan amanah yang pertanggungjawabannya kelak akan dimintai di hadapan Allah swt.
"Baiat itu risikonya besar. Kalian bertanggung jawab bukan hanya kepada PBNU atau warga NU, tapi yang lebih mendasar di hadapan Allah swt. Tagihannya nanti tidak hanya di akhir masa jabatan, tapi lebih rinci di akhirat," pungkasnya.