Nasional

Dalil Minta Doa kepada Jamaah Haji yang Baru Pulang dari Tanah Suci

Rabu, 18 Juni 2025 | 11:00 WIB

Dalil Minta Doa kepada Jamaah Haji yang Baru Pulang dari Tanah Suci

Dalil yang membolehkan bahkan menganjurkan meminta doa kepada jamaah haji yang baru pulang dari tanah suci. (Foto: MCH 2025)

Jakarta, NU Online

Musim haji bukan hanya identik dengan momentum ritual keagamaan, tapi juga kental dengan nuansa kebudayaan. Di berbagai wilayah Indonesia, kepergian maupun kepulangan jamaah haji kerap disambut dengan upacara atau ritus tertentu yang mencerminkan rasa syukur dan budaya masyarakat.


Salah satu tradisi masyarakat Indonesia ketika menyambut jamaah haji yang baru pulang ke kampung halaman yakni meminta doa. Ustadz Amien Nurhakim, dalam artikel Kajian Hadits Minta Doa pada Jamaah Haji yang Baru Pulang dari Tanah Suci, menyebut kebiasaan semacam ini tidak terjadi secara natural, melainkan memiliki pijakan dalil yang fundamental.


"Tentunya sebuah tradisi yang hidup di masyarakat memiliki asal usul dan latar belakang yang menjadi pondasi awal lahirnya kebiasaan tersebut. Asal usul tersebut mewujud dalam beragam bentuk, salah satunya adalah teks-teks keagamaan, dalam konteks Islam adalah Al-Quran, hadits hingga pendapat para ulama dalam literatur keislaman," katanya, menukil pandangan William Micheal Treanor dalam Taking Text Too Seriously: Modern Textualism, Original Meaning, and the Case of Amar's Bill of Rights, sebagaimana dikutip NU Online pada Rabu (17/6/2025).


Tradisi meminta doa kepada jamaah yang baru pulang itu, papar Amien, didasarkan atas sejumlah dalil, di antaranya pada hadits yang disampaikan Abu Musa Al-Asy'ari tentang keutamaan orang haji yang bisa memberi syafaat kepada keluarganya. Hadits lain yang menopang tradisi di atas yakni hadits terkait diijabahnya doa orang yang pergi haji. Hadits ini disampaikan Al-Baihaqi dalam Ad-Da'awatul Kabir.


"Dari Ibnu ‘Abbas ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, ‘Ada lima doa yang pasti dikabulkan: doa orang yang dizalimi hingga dia mendapat keadilan, doa orang yang berhaji hingga dia kembali, ............ doa mujahid sampai perjuangannya selesai, doa orang yang sakit hingga dia sembuh," tulisnya menerjemahkan sebuah hadis hadits.


Kemudian dalil ketiga tradisi tersebut, sebut Amien, adalah hadits yang secara spesifik mengenai meminta doa orang yang melaksanakan haji. Meski dalam sanad Imam Ahmad terdapat perawi yang kurang kredibel (dhaif) tetapi hadits berikut masih bisa diamalkan, sebab tergolong memuat keutamaan dalam beramal (fadhailul a'mal).


"Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar ra, menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Apabila kamu bertemu dengan seorang yang telah melaksanakan haji, ucapkanlah salam kepadanya, berjabat tangan dengannya, dan mintalah agar ia memohonkan ampunan bagimu sebelum masuk ke rumahnya, karena sesungguhnya dia telah diampuni," kutip Amien dari Majma'uz Zawaid karya al-Haitsami.


Amien pun menegaskan bahwa tradisi meminta doa kepada jamaah yang pulang adalah diperbolehkan. Bahkan, Syihabuddin Al-Qalyubi dalam Hasyiyah Qalyubi mengatakan, ritus semacam ini menjadi sebuah anjuran.


"Disunnahkan bagi orang yang berhaji untuk mendoakan kepada orang (yang tidak berhaji) dengan ampunan meskipun orang tersebut tidak meminta. Dan bagi orang yang tidak berhaji hendaknya meminta didoakan oleh dia. Para ulama menyebut bahwa doa tersebut sampai empat puluh hari dari kedatangannya [pulang dari tanah suci]," jelasnya.


Selain tradisi meminta doa, di beberapa wilayah terdapat tradisi lain yang dilakukan masyarakat untuk menyambut jamaah haji, seperti tradisi Gentong Air di Cirebon, Ratiban di masyarakat Betawi, Asajere di Madura atau Azera di Bangkalan. Ritual ini sebagai perlambang dari sukacita dan syukur atas kepulangan jamaah haji.