Nasional

3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar

Ahad, 27 Juli 2025 | 18:00 WIB

3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar

Ilustrasi bulan Safar. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Awal bulan Safar 1447 H telah dimulai Sabtu (26/7/2025). Hal ini sebagaimana diumumkan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) melalui surat tertulis yang dikeluarkan pada Jumat (25/7/2025) atas dasar rukyah.


"Awal bulan Shafar 1447 H bertepatan dengan Sabtu Wage 26 Juli 2025 M (mulai malam Sabtu) atas dasar rukyah," sebagaimana tertulis dalam Pengumuman Nomor 83/PB.08/A.II.01.13/13/07/2025 yang dikeluarkan pada Jumat (25/7/2025).


Safar, dalam bahasa Arab, dapat berarti kosong atau sepi. Tentu penamaan bulan kedua dengan Safar tentu bukan tanpa alasan. Setidaknya, ada tiga alasan yang melatarinya.


Pertama, kosong yang dimaksud adalah perkampungan Arab di bulan tersebut sepi. Hal ini sebagaimana dijelaskan Imam Abul Fida Ismail bin Umar ad-Dimisyqi, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H).


“Di balik penamaan bulan Safar tidak lepas dari keadaan orang Arab tempo dulu pada bulan ini. Safar yang memiliki arti “sepi” atau “sunyi” sesuai keadaan masyarakat Arab yang selalu sepi pada bulan Safar,” tulis Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan, dalam tulisannya di NU Online berjudul Bulan Safar: Latar Belakang Nama dan Mitos Kesialan di Dalamnya yang dikutip pada Ahad (27/7/2025).


Sepi yang dimaksud dalam kata Safar sebagai penamaan itu, tulis Ustadz Sunnatulah mengutip Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, karena senyapnya rumah-rumah orang Arab. Hal ini mengingat orang-orang keluar meninggalkan rumah untuk perang dan bepergian. 


Senada dengan penjelasan Ibnu Katsir, Ibnu Manzhur (wafat 771 H) juga menyebut bahwa penamaan Safar dilatari kekosongan perkampungan Arab. Hal itu juga atas faktor kebiasaan mereka memerangi setiap kabilah yang datang. 


Alasan kedua, kosong yang dimaksud bukan saja perkampungannya, tetapi kabilah-kabilah tersebut harus pergi tanpa bekal (kosong) karena mereka tinggalkan akibat rasa takut pada serangan orang Arab.


Selain itu, alasan ketiga penamaan Safar juga dilatari karena orang Arab memiliki kebiasaan memanen semua tanaman yang mereka tanam. Setelah itu, mereka mengosongkan tanah-tanahnya dari tanaman pada bulan Safar.


Penjelasan mengenai penamaan bulan setelah Muharram dalam kalender Qamariah itu dengan istilah Safar demikian itu sebagaimana termaktub dalam kitab Lisanul ‘Arab karya Muhammad al-Anshari.