Internasional

Ratusan Ribu Warga Penuhi Jembatan Sydney Serukan Penghentian Genosida dan Krisis Kemanusiaan di Gaza

Senin, 4 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Ratusan Ribu Warga Penuhi Jembatan Sydney Serukan Penghentian Genosida dan Krisis Kemanusiaan di Gaza

Ratusan ribu orang memadati Jembatan Pelabuhan Sydney (Sydney Harbour Bridge) pada Ahad (3/8/2025) untuk menyerukan penghentian segera atas kebijakan genosida dan blokade yang menyebabkan kelaparan di Gaza. (Foto: WAFA)

Sydney, NU Online

Ratusan ribu orang memadati Jembatan Pelabuhan Sydney (Sydney Harbour Bridge) pada Ahad (3/8/2025) untuk menyerukan penghentian segera atas kebijakan genosida dan blokade yang menyebabkan kelaparan di Gaza, serta meningkatkan kesadaran akan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk, terutama kelaparan yang menimpa anak-anak.


Menurut laporan kantor berita Palestina, WAFA, jembatan ikonik tersebut ditutup untuk lalu lintas pada pukul 11.30 waktu setempat. Para demonstran sebelumnya berkumpul di Lang Park, pusat kota Sydney, sebelum berjalan menuju Bradfield Park di sisi utara pelabuhan.


Aksi ini diselenggarakan oleh kelompok Palestine Action Group dan menarik jumlah massa yang sangat besar. Pihak kepolisian memperkirakan sekitar 100.000 orang hadir, sementara panitia penyelenggara menyebut angka peserta mencapai 300.000 orang.


Ini merupakan penutupan pertama Jembatan Sydney untuk demonstrasi publik sejak aksi World Pride tahun 2023 yang diikuti sekitar 50.000 peserta.


Unjuk rasa ini berlangsung di tengah meningkatnya kecaman global terhadap agresi Israel di Gaza yang telah menyebabkan jumlah korban jiwa terus bertambah, serta blokade ketat yang memicu bencana kelaparan meluas.


Pemerintah Australia pun kini mendapat tekanan untuk mengakui kemerdekaan Palestina, menyusul pernyataan dari Prancis, Kanada, dan Inggris yang mengisyaratkan kemungkinan akan mengambil langkah serupa, dengan syarat tertentu, pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September mendatang.


Kondisi kemanusiaan di Gaza terus memburuk akibat blokade Israel yang masih berlangsung dan menyebabkan kelangkaan pangan serta pasokan medis yang sangat parah. Sejak 2 Maret 2025, otoritas Israel telah menutup seluruh perbatasan dengan Gaza, menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan. Hal ini mempercepat meluasnya bencana kelaparan di wilayah tersebut.


Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) sebelumnya memperingatkan bahwa angka malnutrisi pada anak-anak di bawah usia lima tahun meningkat dua kali lipat dalam periode Maret hingga Juni akibat blokade yang terus diberlakukan.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengonfirmasi bahwa tingkat malnutrisi di Gaza telah mencapai level yang sangat mengkhawatirkan. Banyak korban jiwa dilaporkan akibat terbatasnya bantuan yang bisa masuk. Sekitar satu dari lima anak di bawah usia lima tahun di Gaza kini mengalami gizi buruk akut yang parah, menurut laporan WHO.


Sejak agresi Israel ke Jalur Gaza dimulai pada Oktober 2023, sedikitnya 60.430 warga Palestina dilaporkan meninggal dunia dan lebih dari 148.722 lainnya mengalami luka-luka.


Ribuan korban dikhawatirkan masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan, yang belum dapat dijangkau tim penyelamat dan pertahanan sipil karena serangan yang terus berlanjut.


Serangan Israel terus berlangsung meski Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata segera, dan Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan instruksi agar tindakan genosida dihentikan serta krisis kemanusiaan di Gaza segera ditangani.