Islam Nusantara Tidak Tekstual Tidak Liberal
NU Online Ā· Rabu, 19 Agustus 2015 | 11:37 WIB
Jakarta, NU OnlineĀ
Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa menggelar halaqoh kebangsaan bertajuk āIslam Nusantara mengembangkan sikap toleran, moderat, dan maslahahā. Halaqoh ini bertujuan meneguhkan komitmen perjuangan politik PKB sebagai muharrik (penggerak) NU dalam menerjemahkan semangat Islam Nusantara.
<>
Hadir dalam halaqoh yang berlangsung di Ruang Fraksi PKB DPR RI, Jakarta, Rabu (19/8), Rais Aam Syuriah PBNU KH. Maāruf Amin sebagai keynote speaker. Hadir pada kesempatan itu Ketua Fraksi PKB Helmy Faishal Zaini, Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Amerika Serikat Akhmad Sahal dan intelektual muda NU Syafiq Hasyim.Ā
Kiai Maāruf menuturkan, Islam Nusantara bukan Islam baru, tapi Islam yang sudah berkembang di Nusantara. Terkait ciri Islam Nusantara, Maāruf menjelaskan bahwa sesungguhnya ada tiga domain wilayah yang harus seimbang dijalankan sebagai ciri utama.Ā
Tiga aspek tersebut, Ā tambah dia, meliputi aspek pemikiran (fikrah), aspek gerakan (harakah), dan juga aspek perbuatan (amaliyah).
āPada aspek pemikiran Islam Nusantara tidak tekstual dan juga tidak liberal, ia bersifat moderat. Sementara pada aspek gerakan semangat yang dibangun adalah untuk menyebarkan kemaslahatan (ishlahiyyah). Dan adapun pada aspek perbuatan, Islam Nusantara harus tetap melestaraikan tradisi yang baik sekaligus mengembangkan serta membuat inovasi yang lebih baik lagi,ā jelasnya.
Helmy Faishal Zaini mengatakan, Islam Nusantara yang moderat, toleran, dan cinta damai harus terus diutamakan di tengah masyarakat. āAgar cita-cita menjadikan Islam Nusantara sebagai prototipe ideal untuk keislaman dunia terejawantahkan," katanya.Ā
Dalam halaqoh tersebut, Helmy menyampaikan Islam di Indonesia merupakan warisan budaya dengan segenap keragamannya membuat wajah Islam Nusantara semakin kaya makna. Ia menambahkan kearifan lokal yang tidak melanggar syariat islam akan dijaga dan dirawat.
"Sangat sulit menandingi nilai kearifan lokal Nusantara. Akulturasi Islam dan budaya lokal melahirkan Islam Nusantara yang ideal, berkarakter dan terorganisir dengan baik," imbuh Mantan Menteri PDT ini.
Helmy menjelaskan melalui Islam Nusantara, pihaknya dapat mencegah masuknya berbagai aliran radikalisme yang dapat merusak kesatuan bangsa. Sebab, lanjutnya jika radikalisme itu dibiarkan akan menjadi benalu bagi keberagamaan masyarakat Nusantara. Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan mengancam eksistensi dan keutuhan NKRI.
āPaham radikalisme seperti ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) sekarang terus muncul ditengah masyarakat. Jika kita, Islam yang berkembang di Indonesia diam tidak melakukan sebuah gerakan, masyarakat bisa ikut,ā terangnya.
Ia menjelaskan peran PKB mengawal Islam Nusantara dalam bidang legislasi. Melalui Fraksi PKB terus mendorong pemerintah untuk memperhatikan pendidikan Islam. FPKB, lanjutnya di DPR secara serius mengawal bagaimana caranya APBN itu pro-pesantren.
āMabda Siyasi sudah sangat lengkap mengembangkan islam nusantara. Hal itu sangat penting mengingat jasa pesantren sangat besar untuk kemerdekaan Indonesia dan tidak bisa dipungkiri bahwa pesantren adalah basis utama perkembangan Islam Nusantara,ā tukasnya.
Sementara itu Akhmad Sahal mengatakan bahwa Islam Nusantara adalah keislaman Aswaja (ahlussunnah wal jamaah) NU. Islam Nusantara dalam praktiknya tidak memberangus budaya lokal sebagaimana banyak dipraktikan Wali Songo. Ia bersifat adaptif dan kompromis terhadap budaya lokal.
āDasar dan landasan pemikiran Islam Nusantara adalah Ushul Fikih dan kaidah fikhiyyah. Dua landasan tersebut merupakan metodologi yang selalu dipakai untuk mengarungi kehidupan sehari-hari,ā jelas Sahal.
Syafiq Hasyim juga mengatakan yang lebih penting untuk diperhatikan adalah pilihan aksi yang akan diperankan oleh Islam Nusantara. Ia beranggapan sangat disayangkan jika Islam Nusantara hanya berhenti sebatas wacana saja. Islam Nusantara harus menjadi nadi aktivitas keberagamaan umat Islam di Indonesia.
āIslam Nusantara harus menjadi identitas dan karakteristik umat Islam Indonesia. PR (pekerjaan rumah) ke depannya adalah bagaimana kita menata gerakan bagiamana yang ideal bagi keberlangsungan Islam Nusantara,ā tuturnya. (Red: Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
3
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
4
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
5
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
6
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
Terkini
Lihat Semua