Nasional

Hal-Hal Ini yang Memperkuat Jurnalistik Filantropi 

NU Online  ·  Sabtu, 24 Mei 2025 | 23:00 WIB

Hal-Hal Ini yang Memperkuat Jurnalistik Filantropi 

Pemimpin Redaksi NU Online, Ivan Aulia Ahsan saat mengisi Workshop Jurnalistik Filantropi di Pesantren Miftahul Huda Cilacap Jateng Sabtu (24/5/2025). (Foto: NU Online/Ahmad Rifqi)

Cilacap, NU Online 
Pemimpin Redaksi NU Online, Ivan Aulia Ahsan mengkritisi berita terkait donasi NU Care-LAZISNU pada umumnya yang hanya menyajikan data berisikan angka statistik tentang jumlah pendapatan dari kegiatan amal, dan jumlah serta bentuk bantuan yang diberikan. Namun, kata dia, ada banyak hal yang belum tersampaikan yaitu semangat solidaritas.


Ivan menyampaikan hal itu dalam Workshop Jurnalistik Filantropi yang digelar oleh NU Online bersama NU Care-LAZISNU di Pesantren Miftahul Huda Bajing Kulon Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, Sabtu (24/5/2025) petang.


Ia lantas menjelaskan, kesadaran filantropi berasal dari nilai-nilai ketuhanan (transendental). Oleh karena itu keterbatasan yang dimiliki seseorang bukan penghalang untuk membantu sesama "Kesadaran filantropi itu berasal dari nilai transendental," kata dia 


Selain nilai yang bersifat transenden, Ivan menyebut solidaritas dalam aktivitas jurnalistik filantropi yang sering terlupakan dalam pemberitaan. Padahal narasi solidaritas yang menyentuh sebagai kekuatan selain unsur ketuhanan (transendental).


Lebih jauh ia menjelaskan, solidaritas di antara rakyat Indonesia bukan karena negara, karena negara tidak pernah hadir dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Di lain sisi, ia juga memperhatikan nenek moyang bangsa Indonesia solid karena adanya kesamaan tekanan, kesadaran sebagai sesama orang yang memiliki kesamaan nasib sendiri orang yang menderita. "Ketika sudah terlalu lama negara tidak hadir, rakyat yang akan membantu sesama," jelasnya.


Dukungan foto
Pada sesi sebelumnya, Manajer Fundrising NU Care-LAZISNU PBNU, Wahyu Nurhadi menyampaikan narasi yang baik dalam mengabarkan sebuah kegiatan akan memberikan dampak yang baik bagi pembaca, utamnya kegiatan sosial kemanusiaan.


Narasi, kata Wahyu turut membawa suasana hati sehingga tergerak untuk melakukan sebuah kebaikan. Namun demikian, narasi yang baik juga harus didukung dengan foto dokumentasi yang berkelas.


"Visual pendukung berupa foto atau video, seperti tadi nenek yang sedang menyapu, itu sangat mendukung Jurnalistik Filantropi," kata Wahyu Noerhadi.


Selain sisi estetika foto jurnalistik, ia juga mengingatkan beberapa hal yang harus diperhatikan. Yakni, kejelasan pelaku, baik melalui seragam, maupun logo-logo dalam kegiatan sosial kemanusiaan.


Ia lantas mencontohkan kegiatan NU Care-LAZISNU dalam memberikan bantuan maupun pelayanan bagi korban bencana. "Ada yang berseragam Banser, ada logo Lembaga Taklif wan-Nasyr (LTN), LAZISNU yang membantu saat bencana," jelasnya.


Menurut dia, produk jurnalistik filantropi terfokus bercerita tentang kebaikan dan manfaat yang dirasakan oleh penerima manfaat dari program NU Care-LAZISNU. Untuk itu pemberian dengan narasi yang lugas dan mencerdaskan sangat dibutuhkan. 


Tidak hanya berbentuk narasi dan foto yang telah menjadi karya tulis jurnalistik berita, kegiatan jurnalistik filantropi juga bisa dalam bentuk video.


Ia berharap nantinya semua Unit Pengumpul Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (UPZISNU) di tingkat Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) bisa mengikuti kampanye berbentuk Jurnalistik Filantropi.