Kegiatan Menulis sebagai Bentuk Dakwah dan Sarana Membangun Demokrasi
NU Online · Jumat, 18 Oktober 2024 | 07:00 WIB
Bandarlampung, NU Online
Penulis muda Nahdlatul Ulama (NU) Muyassarotul Hafidzoh menekankan bahwa kegiatan menulis bukan hanya untuk menyalurkan gagasan, tetapi juga sebagai bentuk dakwah dan sarana membangun demokrasi.
“Demokrasi itu menuju cita-cita keadilan dan kesejahteraan bersama. Tentu akan ada masalah dan kesenjangan, tetapi literasi—melalui tulisan, diskusi, dan edukasi—bisa menjadi jalan pemberdayaan dan solusi,” ujar Muyas, sapaan akrabnya, sebagaimana dikutip NU Online Lampung.
Muyas pun menyampaikan pentingnya peran literasi dalam kehidupan demokrasi. Ia mengutip pesan dari Imam Al-Ghazali.
"Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis," ungkapnya.
Penerima Anugerah Nugra Jasa Dharma Pustaka dari Perpustakaan Nasional RI itu kemudian berbagi perspektif personal mengenai modal menulis.
“Ada dua hal penting untuk memulai menulis, yaitu jatuh cinta dan patah hati. Patah hati di sini tidak hanya soal asmara, tapi juga tentang melihat ketidakadilan seperti pelecehan atau bullying,” tuturnya.
Ia mendorong mahasiswa untuk tidak ragu menulis dan mengembangkan potensi mereka tanpa terbebani dengan siapa yang akan membaca karya tersebut.
Muyas juga memperkenalkan konsep psychowriting, yaitu teknik menulis yang mampu mempengaruhi psikologi pembaca.
Ia berbagi pengalaman menulis novel Hilda, yang ditujukan untuk membantu pembaca dengan isu-isu psikologis seperti depresi.
Menurutnya, membaca dan berdiskusi adalah dua hal esensial untuk menjadi penulis yang baik.
"Membaca saja tidak cukup tanpa adanya diskusi untuk memperdalam pemahaman dan menambah kualitas tulisan," katanya.
Baca selengkapnya di sini.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
5
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
6
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
Terkini
Lihat Semua