Patoni
Penulis
Seorang pengacara bernama Wandi sedang berburu burung untuk mengisi waktu liburannya. Ia berburu di perkebunan pinus yang tidak jauh dari ladang seorang petani tua bernama Mbah Sobirin.
“Dyaaarrr!” bunyi bedil si Wandi berhasil melumpuhkan seekor burung buruannya. Si burung yang sudah tidak berdaya jatuh di ladang Mbah Sobirin yang dikelilingi pagar bambu. Adu argumen pun terjadi.
"Saya menembak seekor burung dan terjatuh di ladang ini, dan sekarang saya akan mengambilnya,” ujar Wandi kepada Mbah Sobirin.
"Ini ladang milik saya, dan Anda tidak boleh masuk ke sini,” timpal Mbah Sobirin.
“Itu hak buruan saya. Jika tak boleh diambil, saya akan menuntut bapak,” kata Wandi yang sudah naik tensi.
“Kita sepakati saja sesuai kebiasaan orang di sini dalam menyelesaikan masalah dengan tiga tendangan,” kata Mbah Sobirin.
“Baik,” tantang Wandi yang tentu menganggap enteng petani tua.
"Karena perselisihan terjadi di tanah saya, saya harus melakukan tendangan terlebih dahulu. Saya menendang Anda tiga kali dan kemudian Anda menendang saya tiga kali dan seterusnya bolak-balik sampai salah satu menyerah,” kata Mbah Sobirin.
Singkat cerita, Mbah Sobirin melakukan aksinya tiga kali ke pangkal paha, perut, dan muka si Wandi. Pengacara tersebut lunglai dan bonyok. Hampir tidak bisa berdiri untuk melakukan giliran tendangannya ke Mbah Sobirin.
“Baiklah Mbah, sekarang giliranku,” ujar Wandi.
“Oke, saya menyerah, silakan ambil burung buruan Anda,” ucap Mbah Sobirin. (Fathoni)
Terpopuler
1
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
2
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
3
PBNU Buka Suara Atas Tudingan Terima Aliran Dana dari Perusahaan Tambang di Raja Ampat
4
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
5
Presiden Pezeshkian: Iran akan Membuat Israel Menyesali Kebodohannya
6
Israel Serang Militer dan Nuklir Iran, Ketum PBNU: Ada Kegagalan Sistem Tata Internasional
Terkini
Lihat Semua